Rujak Cingur Ahmad Jais, Khas Sampai Generasi Ketiga
Makanan yang satu ini sangat khas dan telah jadi ikon kota Surabaya sejak dulu. Campuran sayur, buah, tahu dan tempe dengan potongan cingur sapi yang kenyal, yang di-topping bumbu petis yang nikmat, membuat sajian ini kerap dicari pemburu kuliner dari berbagai daerah.
SURABAYA POST | Rujak Cingur sepertinya telah menjadi menu wajib para pecinta kuliner saat berada di Surabaya. Meski begitu khas dan sangat terkenal, keberadaan penjual kudapan ini sangatlah berbeda dengan penjual bakso atau lontong balap di Surabaya yang sangat banyak jumlahnya.
Jumlah pedagang rujak cingur boleh dikata tak terlalu banyak. Apalagi yang favorit dan mempunyai pelanggan banyak, jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Satu lagi, mereka yang favorit ini bisa dipastikan merupakan penjual yang sudah puluhan tahun malang melintang di usaha rujak cingur dan diturunkan ke generasi penerusnya.
Depot makan di kawasan Ahmad Jais merupakan satu depot rujak cingur yang sudah populer sejak 1970. Sebagai usaha makanan tradisional yang dikelola oleh warga Tionghoa, depot ini juga sudah melalui batas generasi dalam perjalanan usahanya. Setidaknya, pengelolaan depot tersebut sudah menjadi tanggung jawab generasi ketiga pendirinya.
Awal bukanya depot ini juga agak unik. “Sekitar tahun 70-an itu kami sekeluarga sering mendapat kiriman cingur dari seseorang setiap harinya. Lantas bingung mau diapakan karena terlalu banyak. Kemudian mulai ada keinginan untuk membuka warung yang menjual rujak cingur. Ternyata hasil dari racikan keluarga banyak yang suka. Buktinya bisa bertahan sampai sekarang,” kata Sin Siu, generasi ketiga yang dipercaya melanjutkan usaha makanan ini.
Menggunakan ruang depan sebagai depot, rujak cingur ini buka mulai pukul 10 pagi hingga 5 sore pada Senin - Sabtu dan pukul 11 siang - 5 sore pada Minggu.
Beberapa perkumpulan kuliner yang kerap berinteraksi di dunia maya menyebut rujak cingur depot ini sebagai alternatif makanan khas Surabaya yang cukup banyak peminatnya.
Salah satu yang kerap menyebutkan sajian rujak cingurnya enak, adalah Rendi yang tinggal di kawasan Babatan Rukun. Meski tidak begitu sering makan, lantaran harga per porsinya yang cukup mahal, Rp 35 ribu, tetapi ia mengakui sangat menyukainya. “Kalau pas ada uang lebih dan ingin makan rujak cingur pasti datang ke tempat ini. Biasanya aku pilih yang bumbu petis yang memang sangat cocok dengan rasa cingurnya,” ujarnya.
Selain rujak cingur berbumbu petis yang banyak disukai kebanyakan pelanggannya, tersedia juga rujak dengan sambal kacang dan rujak bumbu manis.
Karena rasanya yang enak itulah, tidak salah kalau beberapa institusi kerap menjadikan makanan ini sebagai sajian ketika menggelar acara. Salah satunya Polda Jatim. Belum lagi orang-orang terkenal seperti Bang Yos –mantan gubernur DKI Jakarta-- sengaja datang ke Surabaya untuk melihat dan merasakan langsung bagaimana racikan bumbu rujak dibuat di tempat ini. Kerap juga orang yang datang dan membungkus rujak untuk dibawa ke luar kota.dwi
Sin Siu
Jaga Kualitas Bumbu
Menjadi penerus bagi usaha keluarga yang diminati masyarakat dirasa sangat menarik bagi Sin Siu, pengelola Rujak Cingur Ahmad Jais.
Semasa remaja, dia mulai suka membantu usaha yang dikelola oleh kakek-neneknya. Kesenangan dan seringnya membantu, ternyata membentuk dia jadi orang berbakat meracik bumbu rujak cingur dengan rasa yang masih sama sejak dulu. “Waktu pertama kali membantu, memang saya sudah bisa meracik bumbu sampai dengan cara menghaluskannya. Makanya sampai sekarang depotnya masih bertahan dengan pelanggan yang baru atau yang lama,” ujar Sin Siu yang terkadang masih bergantian meracik dan mengulek dengan sang mama.
Satu hal penting baginya dalam melanjutkan usaha ini ialah menjaga kualitas rasa, terutama racikan dan ulekan bumbu. “Harus tetap dijaga kualitas rasa dari bumbu. Begitupun dengan bahan-bahannya, seperti buah, sayur, tempe, tahu. Dan cingurnya harus pilihan, belinya juga di pasar tradisional. Dengan begitu orang yang makan tidak akan merasakan perbedaan rasa dulu atau sekarang,” ucap anak ketiga dari 6 bersaudara ini.
Saat ditanya pengembangan rujak cingur ini, Sin Siu mengaku belum bisa memastikan. “Sulit cara yang ngulek bumbunya, nanti malah kerepotan,” ujarnya sambil tertawa. dwi
Sumber: Surabaya Post
0 komentar:
Posting Komentar